Arsip yang tersedia

Sabtu, 14 Mei 2016


MAKALAH
JANNAH DAN NIRWANA DALAM KONSEP ISLAM DAN BUDHA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Agama
Dosen pengampu: Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag



(Kelas: PAI)





Disusun oleh:
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
2014















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah

Agama hidup dan berkembang dalam kehidupan manusia. Masing-masing penganut agama merasa mengemban misi luhur untuk menyampaikan kebenaran kepada umat manusia. Pada dasarnya dilandasi oleh iktikad yang luhur yang diyakini sebagai jalan keselamatan yang diimbangi dengan penumbuhan sikap toleran kepada agama lain untuk menentukan jalan hidupnya sendiri.
Pada hakikatnya keberagamaan dalam kehidupan manusia masih menuai konflik. Bagi masyarakat majemuk  penumbuhan kesediaan saling memahami dan saling menghormati antar umat beragama sangat penting tetapi masih banyak yang belum menyadarinya. Kemampuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kerukunan hidup merupakan salah satu tolak ukur kedewasaan dalam beragama untuk mencapai kondisi yang seperti ini dibutuhkan usaha yang menunjang salah satunya adalah sebuah kajian khusus dalam membahas agama. Dalam makalah ini akan membahas secara ringkas dan spesifik yaitu membahas tentang tentang surga. Surga merupakan suatu tempat di alam akhirat yang di percayai oleh penganut beberapa agama sebagai tempat berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidupnya berbuat kabajikan dalam ajaran agamanya. Dalam hal ini akan dibahas tentang jannah dan nirwana yang kedua tersebut merupakan konsep dari agama Islam dan Budha. Tentunya kedua agama ini mempunyai konsep sendiri tentang surga.
Dari dua agama tersebut antara agama Islam dan Budha memiliki pandangan serta ajaran yang berbeda untuk mencapai surga. Nilai - nilai luhur yang ditampilkan juga berbeda yang sesuai dengan ajarannya tersebut. Maka, dalam makalah ini membahas mengenai jannah bagi agama Islam dan nirwana dalam agama Budha.








B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah konsep jannah dalam agama Islam dan jalan mencapainya?
2.      Bagaimanakah konsep nirwana dalam agama Budha dan jalan mencapainya?
3.      Apakah persamaan dan perbedaan antara konsep jannah dalam agama Islam dengan konsep nirwana dalam agama Budha?

  C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui konsep jannah dalam agama Islam dan jalan mencapainya.
2.      Untuk mengetahui konsep nirwana dalam agama Budha dan jalan mencapainya.
3.      Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara konsep jannah dalam agama Islam dengan konsep nirwana dalam agama Budha.













BAB II
PEMBAHASAN

  A.    Jannah
Sorga, atau juga surga  adalah suatu tempat di alam akhirat yang dipercaya oleh para penganut beberapa agama sebagai tempat berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidup di dunia berbuat kebajikan sesuai ajaran agamanya. Sorga dalam bahasa Arab disebut jannah.[1]
Secara bahasa, kata al-Jannah adalah salah satu bentuk mashdar dari kata Janna-Yajunnu-Jannan, Janâna al-Lail, yang artinya adalah kegelapan malam, atau penutup. Sedangkan kata Jannah sendiri memiliki dua makna. Pertama bermakna kebun yang memiliki pohon-pohon yang sampai menutupi tanahnya dan kedua bermakna surga.[2]
Kata al jannah yang biasa diterjemahkan dengan surga terulang sebanyak 66 kali dalam Al qur’an, jamaknya adalah jannat yang tertera sebanyak 69 kali dalam Al qur’an. Kata itu diambil dari kata jannah yang berarti tertutup. Dari akar kata ini terbentuk berbagai kata, seperti al jannah, yaitu kebun atau taman yang tertutup tanahnya dari pohon pohonan. Terma ini dinamakan demikian karena hakikatnya atau wujudnya tidak terlihat oleh pandangan mata manusia. Surga dinamai jannah karena hakikatnya tertutup dari pengetahuan manusia, atau paling tidak karena di sana terdapat hal hal yang tidak terrlihat oleh mata, tidak terdengar oleh telinga dan tidak terjangkau oleh pikiran. Bagi orang orang yang bertakwa kepada Allah akan diberi dua macam pembalasan:
1.      Pembalasan jasmani, yaitu surga dan kekal di dalamnya, dan bermacam macam nikmat di dalamnya.
2.      Pembalasan rohani, yaitu keridhoan Allah yang tidak dicampuri marah, itulah nikmat Allah yang paling besar bagi orang orang yang bertakwa di akhirat.

Dalam ayat Ali Imran ayat 133 dijelaskan bahwa Allah mengajak manusia untuk meraih ampunan Allah dan surga.Terdapat pendapat bahwa surga itu telah diciptakan dan letaknya diluar jaga raya ini dan surga lebih besar dari jaga raya, sehingga tidak  mungkin alam ini meliputi surga, tapi surgalah yang meliputi alam raya ini. Orang yang bertakwa yang mempunyai sifat-sifat terpuji, pahalanya adalah ampunan bagi dosa-dosa mereka dan kemenangan dengan surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka tinggal dalam surga selama-lamanya.[3]
Al-Qur’an banyak bercerita tentang sebuah kehidupan setelah mati di surga untuk orang yang selalu berbuat baik. Surga itu sendiri sering di jelaskan dalam Al-Qur'an surat Ar-Ra'du 13:35
“Perumpamaan sorga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman). mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka. (Ar-Ra'du 13:35).Setiap muslim percaya bahwa semua manusia dilahirkan suci. Dalam Islam pula, jika ada seorang bocah yang mati, maka secara otomatis akan pergi ke sorga, tanpa memedulikan agama kedua orang tuanya. Sorga tertinggi tingkatnya adalah Firdaus (فردوس) - Pardis (پردیس), dimana para nabi dan rasulsyuhada dan orang-orang saleh.
Pemakaian kata ‘jannah’ alias ‘taman yang indah’ ini memang terkait erat dengan wilayah turunnya agama Islam di kawasan padang pasir. Sebuah kawasan yang sangat kering dan keras. Jauh dari rasa indah
Maka Allah memperkenalkan konsep reward alias ‘hadiah kebaikan’ dengan simbol ‘taman yang indah’. Dimana kita bisa merasakan kesejukan, kesegaran, sumber mata air, makanan dan buah-buahan yang sangat berlimpah, dan berbagai macam kenikmatan fisikal lainnya. Sekaligus gambaran kenikmatan yang bersifat kejiwaan.
Tingkatan dan nama-nama syurga ialah:
1.       Jannatul Firdaus yaitu sorga yang terbuat dari emas merah.
2.       Jannatul ‘Adn yaitu sorga yang terbuat dari intan putih.
3.       Jannatun Na’iim yaitu sorga yang terbuat dari perak putih.
4.       Jannatul Khuldi yaitu sorga yang terbuat dari marjan yang berwarna merah dan kuning.
5.       Jannatul Ma’wa yaitu sorga yang terbuat dari zabarjud hijau.
6.       Darus Salaam yaitu sorga yang terbuat dari yaqut merah.
7.       Darul Jalal yaitu sorga yang terbuat dari mutiara putih.
8.       Darul Qarar yaitu sorga yang terbuat dari emas merah.
Beberapa surah dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang keadaan sorga adalah sebagai berikut:
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam sorga-sorga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di sorga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. (QS.Al-Hajj: 23)
Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di syurga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (QS.Yaa-siin 55—58).
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, demikianlah, dan Kami berikan kepada mereka bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran). (QS.Ad- Dukhaan: 51-55).[4]



  B.     Nirwana

Nirwana secara etimologis berarti meletus atau padam. Pemadaman dalam ajaran budha agama budha bersifat menyeluruh, sebagai pemusnahan total. Nirwana merupakan konsep utama dalam agama Buddha dan merupakan tujuan akhir yang hendak dicapai semua umat Buddha. [5]
Pada mulanya, menurut Budha, pengertian nirwana adalah penggabungan dengan Tuhan dan fana di dalamnya. Tetapi, pendapat-pendapat Budha telah berubah mengenai pemikiran terhadap Tuhan. Dia mengesampingkan pendapat yang mengakui adanya Tuhan, malah dia mengingkari wujud Tuhan. Dengan pengingkaran ini nirwana bukanlah lagi berarti penggabungan dengan Tuhan, malah telah membawa pengertian yang baru.[6]
Menurut ajaran Buddha, nirwana merupakan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan tanpa mengalaminya langsung. Nirwana akan dicapai orang-orang yang telah mencapai pencerahan atau berada di atas level yang bersifat keduniawian.[7] Ketika mencapai nirwana, hal ini berarti bahwa seseorang telah terbebas dari samsara atau siklus reinkarnasi dan penderitaan yang mencirikan semua kehidupan di bumi. Bagi umat Buddha, nirwana adalah level tertinggi yang bisa dicapai seseorang.[8]
Nirwana merupakan tujuan terakhir dari setiap pemeluk agama Budha, di mana seseorang telah lepas dari samsara, yang berarti ia telah lepas dari penderitaan, dan selanjutnya ia akan merasakan kebahagiaan yang abadi. Tetapi pengertian Nirwana menurut agama Budha ini agak sulit dipahami. Nirwana mengandung arti berhentinya proses kelahiran dan proses hidup dan sekaligus berarti bahwa mati pun tak ada lagi, alias abadi. Nirwana dapat diartikan padamnya segala api nafsu, berhentinya segala perasaan, hilangnya segala gangguan, pendek kata tercapai ketenangan dan kedamaian yang sempurna. Nirwana merupakan keadaan yang jauh lebih baik dari segala keadaan yang dapat dinikmati di dunia.
Tidak mudah untuk mencapai Nirwana, karena untuk mencapai Nirwana, orang harus hidup suci dan selanjutnya harus mampu melenyapkan tanha sama sekali. Jika orang telah dapat melakukan hidup suci dan melenyapkan tanha secara maksimal, maka akan sampailah ia ke Nirwana. Sebelum mencapai tingkat yang maksimal, maka ia masih harus mengalami reinkarnasi yang berulang-ulang.
Hidup suci artinya seseorang harus menjauhi segala apa yang dilarang dalam agama Budha. Pada prinsipnya ada 10 larangan yang disebut Dasasila, yang merupakan pokok-pokok etika Budha. 10 larangan itu yaitu:
1.      Dilarang menyakiti atau membunuh sesama manusia
2.      Dilarang mencuri
3.      Dilarang berzina
4.      Dilarang berkata kasar atau berdusta
5.      Dilarang minum minuman keras
6.      Dilarang serakah
7.      Dilarang melihat kesenangan
8.      Dilarang bersolek
9.      Dilarang tidur di tempat yang mewah
10.  Dilarang menerima suap

Sepuluh larangan ini tidak berlaku untuk seluruh umat Budha, melainkan untuk dua kelompok berlaku ketentuan yang berbeda sehingga disebut etika rangkap. Untuk pemeluk agama Budha yang biasa, yaitu yang disebut Upasaka dan Upasika dilarang mengerjakan apa yang dilarang dari nomor  1-5. Sedangkan untuk golongan pemuka-pemuka agama Budha (Sangha) yang terdiri dari Biksu dan Biksumi dilarang mengerjakan 10 larangan tersebut.
Bagi orang yang ingin mencapai Nirwana, maka pokok-pokok etika ini harus ditaati. Selanjutnya Nirwana mempunyai dua pengertian:
1.      Nirwana yang dapat dicapai oleh seseorang pada waktu ia masih hidup di dunia yaitu pada saat lenyapnya tanha, yang berarti ia telah mencapai tingkat Arahat. Keadaan ini disebut Upadhidesa.
2.      Nirwana dalam arti berhentinya segala proses hidup, dimana skandha-skandha telah lenyap ibarat lampu telah padam nyala apinya, sehingga Nirwana kadang-kadang juga diterjemahkan dengan padam. Nirwana dalampengertian yang kedua ini dicapai pada saat matinya seseorang Arahat. Keadaan ini disebut Anupadhisesa.[9]

C.    Persamaan dan Perbedaan antara Jannah dan Nirwana

1.      Persamaan

Pada intinya jalan menuju surga dalam agama Islam adalah sama dengan agama Budha, yaitu sama-sama berbuat baik, berbuat baik adalah melatih mengurangi ketamakan, kebencian, sabar dan kegelapan batin. Sehingga, jika seseorang berbuat baiknya sudah cukup lama pasti surganya lebih tinggi daripada mereka yang berbuat baik hanya sedikit. Namun untuk mencapai kehidupan surga yang abadi dibutuhkan tiket sebagai syarat masuk surga.[10].

2.      Perbedaan

Dilihat dari persamaan tadi, ada juga perbedaan antara jannah dan nirwana, diantaranya jannah hanya dapat dicapai ketika sesoeorang itu telah meninggal dunia. Adapun nirwana untuk mencapainya tidak hanya setelah meninggal tetapi dapat diraih ketika seseorang itu masih hidup.








                                                                          
BAB III
PENUTUP

                 KESIMPULAN

Sorga, atau juga surga  adalah suatu tempat di alam akhirat yang dipercaya oleh para penganut beberapa agama sebagai tempat berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidup di dunia berbuat kebajikan sesuai ajaran agamanya. Sorga dalam bahasa Arab disebut jannah
Menurut ajaran Buddha, nirwana merupakan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan tanpa mengalaminya langsung. Nirwana akan dicapai orang-orang yang telah mencapai pencerahan atau berada di atas level yang bersifat keduniawian. Ketika mencapai nirwana, hal Is\ni berarti bahwa seseorang telah terbebas dari samsara atau siklus reinkarnasi dan penderitaan yang mencirikan semua kehidupan di bumi. Bagi umat Buddha, nirwana adalah level tertinggi yang bisa dicapai seseorang.
Persamaan dan Perbedaan antara Jannah dan Nirwana
1.      Persamaan
Pada intinya jalan menuju surga dalam agama Islam adalah sama dengan agama Budha, yaitu sama-sama berbuat baik, berbuat baik adalah melatih mengurangi ketamakan, kebencian, sabar dan kegelapan batin. Sehingga, jika seseorang berbuat baiknya sudah cukup lama pasti surganya lebih tinggi daripada mereka yang berbuat baik hanya sedikit. Namun untuk mencapai kehidupan surga yang abadi dibutuhkan tiket sebagai syarat masuk surga.
2.      Perbedaan
Dilihat dari persamaan tadi, ada juga perbedaan antara jannah dan nirwana, diantaranya jannah hanya dapat dicapai ketika sesoeorang itu telah meninggal dunia. Adapun nirwana untuk mencapainya tidak hanya setelah meninggal tetapi dapat diraih ketika seseorang itu masih hidup.



[3] M. Ashaf Shaleh, Takwa (Makna & Hikmahnya dalam Al-Qur’an), (Jakarta: Penerbit Erlangga, t.t), hlm. 184-187.
[5] Huston Smuth, Agama-Agama Manusia, (Jakarta: Surya Gramindo,1985), hlm. 147.
[6] Ahmad Shalaby,  Agama-Agama Besar di India (Hindu-Jaina-Budha), (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), cetakan kedua, hlm. 138.
[7] artikelbuddhist.com201107jalan-ke-surga.html diakses (16 mei 2014).
[9] Mudjahid Abdul Munaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), cetakan ke-2, hlm. 31-32.
[10]httpwww.amazine.co24932apakah-nirwana-dalam-ajaran-buddha-fakta-informasi-lain diakses (16 mei 2014).