MAKALAH
FUNDAMENTALISME PENDIDIKAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“FILSAFAT PENDIDIKAN”
Dosen Pengampu : Mufiq, S.Ag.,M.Si.
Disusun
oleh:
Priyo Prasetyo (111-10-137)
Fatkhul
M J (111-10)
Aji
Abidin (111-11-026)
M
Wahrul Wahid (111-11-010)
Nur
Winarsih (111-11-035)
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) SALATIGA
2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah SWT yang telah menganugrahkan
Al-Quran sebagai petunjuk bagi seluruh manusia dan rahmatan lil ‘alamiin.
Dialah yang maha mengetahui makna dan maksud kandungan Al-Quran. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Utusan dan
manusia pilihan-Nya. Dialah penyampai, pengamal, dan penafsir pertama Al-Quran.
Dengan
pertolongan dan hidayah-Nya-lah, makalah FILSAFAT PENDIDIKAN ini dapat
diselesaikan dan disusun oleh penulis. Dalam Penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat di harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Penulis
berharap dengan materi ini semoga dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.
Salatiga,12
mei 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian fundamentalisme ?
2.
Apa pengertian pendidikan ?
3.
Bagaimana pandangan aliran fundamentalisme terhadap
pendidikan ?
4.
Bagaimana implementasi fundamentalisme dalam pendidikan ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian Fundamentalisme
2.
Untuk mengetahui pengertian pendidikan
3.
Untuk mengetahui pandangan tentang pendidikan
4.
Untuk mengetahui implementasi fundamentalisme dalam
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian fundamentalisme
Menurut william f.
O’neil fundmentalisme adalah suatu usaha mempertahankan segala aeauatu yang
baik dimasa lalu atau mengabadikannya dan pola pemikirannya tradisional.
William montgomery
watt mendefinisikan bahwa kelompok fundamentalisme adalah kelompok yang secara
sepenuh nya menerima pandangan dunia tradisional serta berkehendak
mempertahankan secara utuh.
Misal : mereka mengklaim mendapatkan tuntunan
langsung dari tuhan ,cenderung untuk mengisolasi diri dan kehidupan
bermasyarakat, menolak untuk berinteraksi dengan realitas memusuhi akal dan
pikiran ilmiah serta hasil penemuan ilmiah mutakhir.
B.
Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
fundamentalisme pendidikan adalah suatu usaha mempertahankan dunia pendidikan
secara tradisional. Menerapkan apa yang baik pada masa lampau di dalam
pendidikan guna mewujudkan suasana pembelajaran kondusif.
C.
Pandangan Aliran fundamentalisme Terhadap pendidikan
Aliran fundamentalisme memandang pendidikan sebagai proses regenerasi
moral. Sehingga dalam hal ini pendidikan memiliki peranan menciptakan dan
membangun moral masyarakat yang baik. Bagi penganut aliran fundamentalisme ini,
perbedaan yang terdapat dalam anak didik tidaklah lebih penting, karena
beranggapan bahwa semua anak didik yang ada itu adalah sama. Yang mana dalam
hal ini mengakibatkan pemberian materinya pun cenderung pada metode mengajar tradisional seperti
ceramah, hafalan, belajar dengan pengawasan ketat dan diskusi terstruktur
ketat. Semua metode mengajar ini harus dikendalikan oleh guru saja, karena
siswa dianggap tidak cukup mampu untuk menjalankan proses perkembangan
intelektualnya sendiri.
D.
Implementasi Fundamentalisme dalam Pendidikan
Bagi seorang
pendidik fundamentalis, masyarakat kontemporer dihadapkan pada keruntuhan moral
dalam waktu dekat, dan keharusan tertinggi yang mesti dilakukan adalah merombak
tolak ukur keyakinan dan perilaku konvensional dengan cara kembali ke ciri-ciri
kebaikan yang lebih tinggi di masa silam. Sejalan dengan itu, sasaran
pendidikan adalah untuk memulihkan cara-cara yang lebih tua umurnya dan yang
lebih baik, demi membangun kembali tatanan sosial yang ada.
Seperti juga dalam
semua ideologi pendidikan, ada dua corak dasar fundamentalis pendidikan yaitu
fundamentalis pendidikan sekuler dan fundamentalis pendidikan religius.
Ø Yang sekuler tidak memiliki
kepastian-kepastian religius, dan meski kadang memakai peristilahan religius
atau semu religius, namun cenderung untuk mendasarkan posisinya pada
prakiraan-prakiraan yang kurang lebih bersifat intuitif atau akal sehat,
ketimbang mendasarkannya pada wahyu ataupun iman.
Ø Fundamentalis religius meyakini bahwa tujuan
puncak pendidikan yakni untuk membangkitkan kembali dan meneguhkan kembali
cara-cara lama yang lebih baik, untuk memapankan kembali tolak ukur tradisional
dalam perilaku dan keyakinan selalu
menjadi nomor dua di bawah sasaran universal dalam karya penyelamatan abadi dan
penyelamatan versal dalam karya
penyelamatan jiwa yang abadi, dan penyelamatan semacam itu terutama adalah persoalan
mengenali dan mematuhi kehendak Tuhan sebagaimana telah diwahyukan melalui
kitab-kitab suci yang diterima.
Ada beberapa
pandangan/pendapat dari fundamentalisme yang berkenaan dengan implementasinya
dalam pendidikan dan atau unsur-unsur pendidikan antara lain sebagai berikut :
1.
Tujuan Pendidikan Menurut O'neil (fundamentalisme)
Tujuan utama pendidikan adalah untuk
membangkitkan dan meneguhkan kembali cara-cara lama yang lebih baik, untuk
memapankan kembali tolak ukur keyakinan dan perilaku tradisional.
2.
Alasan Adanya Sekolah
Adapun mengenai sekolah, aliran ini menurut Willam F. Oneil mengatakan bahwa sekolah itu ada karena dua
alasan mendasar sebagai berikut:
a.
Untuk membantu membangun kembali masyarakat dengan cara
mendorong langkah kembali ke tujuan-tujuan aslinya dan agar tetap konsisten
dengan tujuan itu
b.
Untuk menyalurkan informasi dan keterampilan-keterampilan
yang perlu agar berhasil dalam tatanan sosial yang ada sekarang
3.
Anak-Anak Sebagai Pelajar
Anak-anak condong ke arah kekeliruan dan
kejahatan jika tidak ada bimbingan yang kuat dan pengajaran yang baik.
Kesamaan-kesamaan individual lebih penting ketimbang perbedaan-perbedaan di
antara mereka, dan kesamaan-kesamaan ini secara tepat bersifat menentukan dalam
memapankan program-program pendidikan yang baik.
Anak-anak secara moral setara di sebuah jagat
ke tidaksetaraan kesempatan objektif. Mereka musti memiliki
kesempatan-kesempatan setara supaya bisa berjuang untuk mendapatkan ganjaran yang terbatas yang
tersedia, namun keberhasilam mesti dikondisikan pada prestasi personal dalam
dunia yang bercirikan persaingan keras bagi keberhasilan moral dan material. Seorang
anak pada intinya mampu menentukan nasibnya sendiri, ia memiliki kehendak bebas
yang personal.
4.
Administrasi Dan Kontrol
Wewenang di bidang pendidikan harus diletakkan
ditangan para manajer akademik terlatih,
yang tidak mesti merupakan kaum intelek ataupun pendidik profesional. Wewenang
guru harus didasarkan pada profil
moral yang lebih tinggi dalam diri guru
tersebut.
5.
Hakikat Kurikulum
a.
Sekolah harus menekankan karakter moral yang layak,
melatih siswa untuk menjadi pribadi yang baik diukur dengan tolak ukur perilaku
moral tradisional.
b.
Sekolah mesti melakukan perhatian pada pembaharuan
pola-pola budaya lama, ia harus membantu siswa untuk menemukan kembali
nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi-tradisi budaya mendasar.
c.
Penekanan harus diberikan pada regenerasi moral, dalam
hal membangun kembali masyarakat menurut jalur-jalur pendekatan tradisional
terhadap keyakian dan perilaku.
d.
Lapangan studi harus dipilih untuk mengarahkan siswa.
e.
Tekanan mesti diletakkan di penyesuaian moral melebihi
pengetahuan akademik (yakni belajar tentang bagaimana caranya belajar, serta
menguasai jenis pengetahuan dan keterampilan teknis yang hanya secara tidak
langsung terkait dengan persoalan-persoalan manusia yang utama).
f.
Sekolah mesti menekankan latihan moral dan jenis
keterampilan-keterampilan akademik serta praktis yang diperlukan untuk membantu
siswa untuk menjadi anggota yang aktif dalam tatanan sosial yang
diregenerasikan secara tepat.
6.
Metode Pengajaran.
a.
Penekanan harus diletakan pada tatacara pengajaran di
dalam kelas yang tradisional, seperti misalnya ceramah, hafalan, belajar dengan
diawasi dan dituntun, serta diskusi kelompok yang terstruktur secara ketat
b.
Yang terbaik adalah pembelajaran yang ditentukan dan
diarahkan oleh guru. Sebab, siswa tidak cukup tercerahkan untuk mengarahkan
proses perkembangan intelektualnya sendiri
c.
Sang guru harus dipandang sebagai panutan dalam hal
kesempurnaan moral dan akademik
d.
Mengukur keterampilan dan informasi yang menekankan kemampuan analitis dan spekulasi
abstrak siswa
e.
Persaingan antar-personal untuk mendapatkan nilai terbaik
dan mendapat peringkat.(dalam proses belajar, tes, kelakuan, dan sebagainya)
f.
Penekanan harus diberikan pada yang kognitif, dengan
tekanan kedua pada yang afektif dan interpersonal
g.
Bimbingan dan penyuluhan pribadi serta terapi kejiwaan
adalah fungsi-fungsi keluarga dan atau gereja, bukan sekolah
7.
Pengendalian Ruang Kelas
Para siswa mesti menjadi warganegara yang
baik dalam penyesuaian diri dengan cita-cita masyarakat yang melakukan
regenerasi moral.
Para guru secara umum harus bersikap ketat, non-permitif,
dalam tatacara pengendalian situasi di ruang kelas, sedangkan para siswa
dihaparkan menyesuaikan diri dengan wewenang yang telah ditetapkan.Pendidikan
moral (latihan pembentukan watak) adalah dasar dan tujuan persekolahan
KESIMPULAN
Fundamentalis adalah aliran yang kolot dan
atau memperjuangkan sesuatu secara radikal. Menurut aliran fundamentalis,
pendidikan bertujuan untuk membangkikan dan meneguhkan kembali cara-cara lama
yang baik guna membangun kembali masyarakat ketujuan semula. Pendidikan dipandang
sebagai agen dan proses perwarisan moral, sedang anak didik dianggap cenderung
berbuat salah jika tidak diarahkan dan di beri pengajaran yang ketat, tegas,
dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Watt, William. 1997. Fundamentalisme
Islam dan Modernitas. Jakarta: PT Grafindo Persada.
O’nel, William f. 2001. Ideologi-ideologi
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar