Arsip yang tersedia

Jumat, 04 Juli 2014

FUNDAMENTALISME

MAKALAH
FUNDAMENTALISME PENDIDIKAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“FILSAFAT PENDIDIKAN”
Dosen Pengampu : Mufiq, S.Ag.,M.Si.

Disusun oleh:
                                             Priyo Prasetyo          (111-10-137)
                                             Fatkhul M J              (111-10)
                                             Aji Abidin                 (111-11-026)
                                             M Wahrul Wahid     (111-11-010)
                                             Nur Winarsih            (111-11-035)

JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
2014



KATA PENGANTAR

       Segala puji bagi Allah SWT  yang telah menganugrahkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi seluruh manusia dan rahmatan lil ‘alamiin. Dialah yang maha mengetahui makna dan maksud kandungan Al-Quran. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Utusan dan manusia pilihan-Nya. Dialah penyampai, pengamal, dan penafsir pertama Al-Quran.
       Dengan pertolongan dan hidayah-Nya-lah, makalah FILSAFAT PENDIDIKAN ini dapat diselesaikan dan disusun oleh penulis. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat di harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
       Penulis berharap dengan materi ini semoga dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.
Salatiga,12 mei 2014

Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang 
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian fundamentalisme ?
2.      Apa pengertian pendidikan ?
3.      Bagaimana pandangan aliran fundamentalisme terhadap pendidikan ?
4.      Bagaimana implementasi fundamentalisme dalam pendidikan ?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Fundamentalisme
2.      Untuk mengetahui pengertian pendidikan
3.      Untuk mengetahui pandangan tentang pendidikan
4.      Untuk mengetahui implementasi fundamentalisme dalam pendidikan



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian fundamentalisme
Menurut william f. O’neil fundmentalisme adalah suatu usaha mempertahankan segala aeauatu yang baik dimasa lalu atau mengabadikannya dan pola pemikirannya tradisional.
William montgomery watt mendefinisikan bahwa kelompok fundamentalisme adalah kelompok yang secara sepenuh nya menerima pandangan dunia tradisional serta berkehendak mempertahankan secara utuh.
Misal : mereka mengklaim mendapatkan tuntunan langsung dari tuhan ,cenderung untuk mengisolasi diri dan kehidupan bermasyarakat, menolak untuk berinteraksi dengan realitas memusuhi akal dan pikiran ilmiah serta hasil penemuan ilmiah mutakhir.
B.     Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fundamentalisme pendidikan adalah suatu usaha mempertahankan dunia pendidikan secara tradisional. Menerapkan apa yang baik pada masa lampau di dalam pendidikan guna mewujudkan suasana pembelajaran kondusif.
C.     Pandangan Aliran fundamentalisme Terhadap pendidikan
Aliran fundamentalisme memandang pendidikan sebagai proses regenerasi moral. Sehingga dalam hal ini pendidikan memiliki peranan menciptakan dan membangun moral masyarakat yang baik. Bagi penganut aliran fundamentalisme ini, perbedaan yang terdapat dalam anak didik tidaklah lebih penting, karena beranggapan bahwa semua anak didik yang ada itu adalah sama. Yang mana dalam hal ini mengakibatkan pemberian materinya pun cenderung pada metode mengajar tradisional seperti ceramah, hafalan, belajar dengan pengawasan ketat dan diskusi terstruktur ketat. Semua metode mengajar ini harus dikendalikan oleh guru saja, karena siswa dianggap tidak cukup mampu untuk menjalankan proses perkembangan intelektualnya sendiri.

D.    Implementasi Fundamentalisme dalam Pendidikan
Bagi seorang pendidik fundamentalis, masyarakat kontemporer dihadapkan pada keruntuhan moral dalam waktu dekat, dan keharusan tertinggi yang mesti dilakukan adalah merombak tolak ukur keyakinan dan perilaku konvensional dengan cara kembali ke ciri-ciri kebaikan yang lebih tinggi di masa silam. Sejalan dengan itu, sasaran pendidikan adalah untuk memulihkan cara-cara yang lebih tua umurnya dan yang lebih baik, demi membangun kembali tatanan sosial yang ada.
Seperti juga dalam semua ideologi pendidikan, ada dua corak dasar fundamentalis pendidikan yaitu fundamentalis pendidikan sekuler dan fundamentalis pendidikan religius.
Ø  Yang sekuler tidak memiliki kepastian-kepastian religius, dan meski kadang memakai peristilahan religius atau semu religius, namun cenderung untuk mendasarkan posisinya pada prakiraan-prakiraan yang kurang lebih bersifat intuitif atau akal sehat, ketimbang mendasarkannya pada wahyu ataupun iman.
Ø  Fundamentalis religius meyakini bahwa tujuan puncak pendidikan yakni untuk membangkitkan kembali dan meneguhkan kembali cara-cara lama yang lebih baik, untuk memapankan kembali tolak ukur tradisional dalam perilaku dan keyakinan  selalu menjadi nomor dua di bawah sasaran universal dalam karya penyelamatan abadi dan penyelamatan versal  dalam karya penyelamatan jiwa yang abadi, dan penyelamatan semacam itu terutama adalah persoalan mengenali dan mematuhi kehendak Tuhan sebagaimana telah diwahyukan melalui kitab-kitab suci yang diterima.
Ada beberapa pandangan/pendapat dari fundamentalisme yang berkenaan dengan implementasinya dalam pendidikan dan atau unsur-unsur pendidikan antara lain sebagai berikut :
1.      Tujuan Pendidikan Menurut O'neil (fundamentalisme)
Tujuan utama pendidikan adalah untuk membangkitkan dan meneguhkan kembali cara-cara lama yang lebih baik, untuk memapankan kembali tolak ukur keyakinan dan perilaku tradisional.
2.      Alasan Adanya Sekolah
Adapun mengenai sekolah, aliran ini menurut Willam F. Oneil  mengatakan bahwa sekolah itu ada karena dua alasan mendasar sebagai berikut:
a.     Untuk membantu membangun kembali masyarakat dengan cara mendorong langkah kembali ke tujuan-tujuan aslinya dan agar tetap konsisten dengan tujuan itu
b.     Untuk menyalurkan informasi dan keterampilan-keterampilan yang perlu agar berhasil dalam tatanan sosial yang ada sekarang
3.      Anak-Anak Sebagai Pelajar
Anak-anak condong ke arah kekeliruan dan kejahatan jika tidak ada bimbingan yang kuat dan pengajaran yang baik. Kesamaan-kesamaan individual lebih penting ketimbang perbedaan-perbedaan di antara mereka, dan kesamaan-kesamaan ini secara tepat bersifat menentukan dalam memapankan program-program pendidikan yang baik.
Anak-anak secara moral setara di sebuah jagat ke tidaksetaraan kesempatan objektif. Mereka musti memiliki kesempatan-kesempatan setara supaya bisa berjuang  untuk mendapatkan ganjaran yang terbatas yang tersedia, namun keberhasilam mesti dikondisikan pada prestasi personal dalam dunia yang bercirikan persaingan keras bagi keberhasilan moral dan material. Seorang anak pada intinya mampu menentukan nasibnya sendiri, ia memiliki kehendak bebas yang personal.
4.      Administrasi Dan Kontrol
Wewenang di bidang pendidikan harus diletakkan ditangan  para manajer akademik terlatih, yang tidak mesti merupakan kaum intelek ataupun pendidik profesional. Wewenang guru harus didasarkan  pada profil moral  yang lebih tinggi dalam diri guru tersebut.
5.      Hakikat Kurikulum
a.         Sekolah harus menekankan karakter moral yang layak, melatih siswa untuk menjadi pribadi yang baik diukur dengan tolak ukur perilaku moral tradisional.
b.        Sekolah mesti melakukan perhatian pada pembaharuan pola-pola budaya lama, ia harus membantu siswa untuk menemukan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi-tradisi budaya mendasar.
c.         Penekanan harus diberikan pada regenerasi moral, dalam hal membangun kembali masyarakat menurut jalur-jalur pendekatan tradisional terhadap keyakian dan perilaku.
d.        Lapangan studi harus dipilih untuk mengarahkan siswa.
e.         Tekanan mesti diletakkan di penyesuaian moral melebihi pengetahuan akademik (yakni belajar tentang bagaimana caranya belajar, serta menguasai jenis pengetahuan dan keterampilan teknis yang hanya secara tidak langsung terkait dengan persoalan-persoalan manusia yang utama).
f.         Sekolah mesti menekankan latihan moral dan jenis keterampilan-keterampilan akademik serta praktis yang diperlukan untuk membantu siswa untuk menjadi anggota yang aktif dalam tatanan sosial yang diregenerasikan secara tepat.
6.      Metode Pengajaran.
a.       Penekanan harus diletakan pada tatacara pengajaran di dalam kelas yang tradisional, seperti misalnya ceramah, hafalan, belajar dengan diawasi dan dituntun, serta diskusi kelompok yang terstruktur secara ketat
b.      Yang terbaik adalah pembelajaran yang ditentukan dan diarahkan oleh guru. Sebab, siswa tidak cukup tercerahkan untuk mengarahkan proses perkembangan intelektualnya sendiri
c.       Sang guru harus dipandang sebagai panutan dalam hal kesempurnaan moral dan akademik
d.      Mengukur keterampilan dan informasi yang  menekankan kemampuan analitis dan spekulasi abstrak siswa
e.       Persaingan antar-personal untuk mendapatkan nilai terbaik dan mendapat peringkat.(dalam proses belajar, tes, kelakuan, dan sebagainya)
f.       Penekanan harus diberikan pada yang kognitif, dengan tekanan kedua pada yang afektif dan interpersonal
g.      Bimbingan dan penyuluhan pribadi serta terapi kejiwaan adalah fungsi-fungsi keluarga dan atau gereja, bukan sekolah
7.      Pengendalian Ruang Kelas
Para siswa mesti menjadi warganegara yang baik dalam penyesuaian diri dengan cita-cita masyarakat yang melakukan regenerasi moral.
Para guru secara umum harus bersikap ketat, non-permitif, dalam tatacara pengendalian situasi di ruang kelas, sedangkan para siswa dihaparkan menyesuaikan diri dengan wewenang yang telah ditetapkan.Pendidikan moral (latihan pembentukan watak) adalah dasar dan tujuan persekolahan



KESIMPULAN
Fundamentalis adalah aliran yang kolot dan atau memperjuangkan sesuatu secara radikal. Menurut aliran fundamentalis, pendidikan bertujuan untuk membangkikan dan meneguhkan kembali cara-cara lama yang baik guna membangun kembali masyarakat ketujuan semula. Pendidikan dipandang sebagai agen dan proses perwarisan moral, sedang anak didik dianggap cenderung berbuat salah jika tidak diarahkan dan di beri pengajaran yang ketat, tegas, dan tepat.



DAFTAR PUSTAKA

Watt, William. 1997. Fundamentalisme Islam dan Modernitas. Jakarta: PT Grafindo Persada.
O’nel, William f. 2001. Ideologi-ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar: